Cangklong dan Pasar Tembakau Tersembunyi
JAKARTA - Kepulan asap putih membubung di udara, bagaikan awan miniatur jejak kaki jet tempur. Alih-alih menusuk hidung, asap  tembakau yang terbakar dari pipa justru menimbulkan aroma yang harum. 
Bisnis menyambangi  penggemar Cangklong di sebuah paseban di Tangerang, Sabtu (26/8). Di atas meja bundar tergeletak beberapa pipa  cekung dan lurus; mirip dengan  Sherlock Holmes dan Popeye.Beberapa kaleng  tembakau pun dihadirkan, siap dibakar dengan sumpitan. Tak disangka, hobi yang terbilang lama ini juga menjadi sangat populer di kalangan anak muda. Setengah dari mereka yang berkumpul malam itu adalah generasi muda milenial. Selebihnya tak sulit ditebak, pria-pria generasi baby boom dan generasi X. Penggemar Cangklong sekaligus produser Cangklong Patrik Budi Setiawan mengakui, jumlah penggemarnya meningkat pesat dalam  satu dekade terakhir.Ia memaparkan, jumlah anggota Pipe Tobacco Club Indonesia (PTCI) di jejaring sosial Facebook mencapai 7.482 orang.
“Peningkatannya luar biasa. Kini banyak bermunculan produsen pipa lokal. Para perokok pipa di luar negeri juga melirik kami dan bertanya bagaimana perkembangan pipa di Indonesia,” ujarnya. Meski dikenal sebagai negara penghasil tembakau terbaik di dunia, Indonesia luput dari perhatian komunitas kencan internasional. Bisa dibilang, Indonesia baru memperingati Hari Merokok Pipa Internasional sejak tahun 2010.IPSD, Hari Raya Idul Fitri bagi para penggemar Cangklong, diperingati setiap tanggal 20 Februari. Pada tingkat yang lebih formal, para penggemar juga membentuk organisasi bernama Pipe Club's Comité International. Klub mempunyai aturan tersendiri yang mengikat para anggotanya. Klub ini memiliki cabang di setidaknya 32 negara, mulai dari Eropa, Amerika, hingga Asia. Iskandar Hadrianto, penggemar Cangklong dan mantan diplomat, mengaku Indonesia tak termasuk dalam
pipa tembakau dunia.Maklum, merokok pakai pipa belum menjadi budaya seperti di Eropa. Dari pengalamannya selama berada di Eropa, Iskandar mengungkapkan banyak pecinta pipa di Benua Biru yang juga tertarik dengan pipa dan tembakau buatan Indonesia. Beberapa produk pipa juga ikut serta dalam Chicago Pipe Show di Amerika Serikat. Ia menyimpulkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjajaki peluang bisnis di sektor tembakau. Jenis tembakau dan kayu yang ada di Indonesia juga dikatakan sangat beragam.Ia juga bertemu dengan banyak pembuat pipa dan produsen tembakau rakyat yang produknya bisa dijual ke luar negeri.
“Kita bisa mengembangkan diri dengan memupuk hobi, membina persaudaraan dan memajukan usaha. Dengan begitu kita bisa menemukan banyak kepentingan,” jelasnya. Oleh karena itu, Klub Pipa Indonesia yang sebagian besar anggotanya berasal dari komunitas PTCI, berencana menggelar event internasional pada tahun depan untuk mempromosikan pipa Cangklong dan produk tembakau Indonesia. Selain pameran, acara bertajuk Indonesia Pipe Show ini juga akan menggelar sejumlah kompetisi, salah satunya kompetisi
Slow Smoke.Patrik menyambut baik ide diadakannya pameran internasional. Ia menilai pameran ini bisa menjadi etalase bagi para pembuat pipa lokal. “Banyak yang bertanya: Apakah ada acara di Indonesia? Maka ini bisa menjadi pertunjukan,” kata Patrik yang pernah menjual pipa ke Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Saat ini jumlah penggemar Cangklong belum diketahui secara pasti.Namun yang jelas, segmen ini hanya sekedar lauk pauk dan menambah warna tren konsumsi tembakau di Indonesia. Seperti diketahui, boomingnya rokok elektronik (vaper) terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) melaporkan jumlah pengguna rokok elektrik mencapai 1,2 juta orang pada tahun lalu. Tentu saja jumlah ini tidak sedikit. Namun jika dibandingkan dengan jumlah perokok, pengguna rokok elektrik relatif sedikit.Laporan Aliansi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (Seatca) menunjukkan jumlah perokok di Indonesia mencapai 65,19 juta orang pada tahun 2018. Iskandar menambahkan, para penggemar Cangklong yang tergabung dalam Klub Pipa Indonesia menilai hobi menikmati tembakau adalah urusan pribadi. Oleh karena itu, masyarakat berupaya menghormati hak masyarakat yang tidak merokok. “Kami tidak punya pengaruh. Siapapun yang punya hobi lain dipersilahkan,” tutupnya.


Comments
Post a Comment